Senin, 17 Mei 2010

"Guruku" Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Mafruhan

MTs Muhammadiyah 4 Bulubrangsi
Sebuah perjuangan guru yang tidak terlupakan oleh seorang muridnya. Sekedar cerita perjalanan seorang yang setia menuntut Ilmu demi menggapai cita-cita dan masa depan yang lebih cerah. Teringat sekitar tahun 1996 aku berdiri tegap diatas panggung dengan wajah kecil yang penuh harapan, saat itu aku mendapat pengalaman yang luar biasa sebagai seorang penceramah bisa dikatakan begitu, aku bisa seperti itu tidak luput dari para pejuang-pejuangku yang pada saat itu di TK ABA Bulubrangsi.
Dengan berjalannya waktu enam tahun kemudian aku menyelasikan studiku di MI Muhammadiyah Bulubrangsi pada tahun 1998, singkat cerita aku melanjutkan di MTS Muhammadiyah Bulubrangsi lulus tahun 2001. Bulubrangsi- bulubrangsi...... lagi, ya......itulah Desaku tercinta dimana aku dilahirkan . Di Bulubrangsi para Guru-guruku tercinta mendidik aku KH. Moch Syamsi, Bpk Abdul Jalil, Bpk Drs. Ghufron. Bpk Noto Alama, Bpk M. Sabar, Bpk M Thohir. Ibu Masrifah, Ibu Masfufah dan seluruhnya tanpa terkecuali, ribuan terima kasih aku persembahkan buat mereka. Aku yakin kelak amal jariyah mereka diterima oleh Allah Amiin...
Kepada Guru-guruku melalui tulisan ini, aku masih masih setia dalam medan perjuangan untuk menuntut Ilmu. Alhamdulillah tahun 2009 aku telah menyelesaikan studi untuk jenjang S1 ini semua tak luput dari do’a dan dorongan para pejuang-pejuangku, meskipun aku jauh disana do’amu terus selalu aku harapkan semoga bisa mencapai jenjang berikutnya dan berikutnya, “Tuntutlah Ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”.
Untuk adik-adikku diBulubrangsiku yang masih duduk dibangku sekolah teruslah berjuang, jadikalah generasi-generasi yang tangguh, memakmurkan desaku Bulubrangsi dengan Ilmu dan kader-kader pemimpin yang handal demi kemajuan agama bangsa dan negara. “Mau memimpin dan siap dipimpin”
Salam buat Bulubrangsiku

Minggu, 09 Mei 2010

Laskar Pelangiku

"Pejuang Bulubrangsi"

Mafruhan, Usni Mubarok, Hamid Roswan, Islahul Hasanah, Nurlailawati, Sihabul Mafluk, Lutfiyah Hayati, Zuniya Rahayu, Nur Afidah, Dwi Hadi Putra, Melawati, Sujarwo, Halimatus Sa’diyah, Mustabsiroh, Finarti, M Ating Kurnia, Alfian Azmi, Sairoh, Titik Asmayanti, Evidatul Lutfiyah, Leny Widya, Mafroul Ummah, Usrotun Nafilah, Istianah, Abdul Ghofur, Ali Syamzudi, Atho’ Mudhori, Fita Fatimah, Maesaroh, Watilah, Auni Zawiyah, Irawan, Sriwahyuni, Bastian Aidah, Shohatul Jamilah, Elok Soraya, Hidayatullah, Yunfita, Henik Nafilah

Sabtu, 08 Mei 2010

Pondok Modern Gontor 3 "Darul Ma'rifat"


Mafruhan
Pondok Modern Darul Ma’rifat adalah salah satu cabang Pondok Modern Gontor yang berdomisili di desa Sumbercangkring Gurah Kediri Jawa Timur Indonesia. Pondok ini pada mulanya merupakan wakaf dari keluarga Bapak H. Ridwan (Alm) atas prakarsa Bapak Drs. KH. Kafrawi Ridwan, MA salah satu putra beliau yang pada mulanya tanah wakaf tersebut masih seluas 6,5 hektar yang terdiri dari tanah di depan gedung Anshor sampai gedung al-Kahfi ditambah lapangan hijau pondok modern Gontor 3, kemudian diikuti oleh saudara-saudaranya yaitu Bpk. Dr. H. Syukri Ridwan dan Bpk. H.Ing. Dimyati Ridwan, hingga saat ini luas kampus pesantren mencapai 12,65 hektar (termasuk sawah dan pertanian pondok).
Ketika dirintis pada tahun 1988 oleh para alumni Gontor yang ada di Kediri, diantara Al-Ust. Drs. H. Hamam Tanthowi, M.Pd dan Al-Ust Zaenal Khoiri, S.Ag (Staf pengajar Pondok Modern Gontor 3 sampai sekarang). Pondok ini mulanya bernama “MAKRIFAT” yang merupakan kependekan dari, Monumen Abadi Keluarga Ridwan Fatimah (Ibu dari bapak Kafrawi Ridwan). Setelah diwakafkan kepada Pondok Modern Gontor pada tanggal 11 September 1993 namanya diubah menjadi “Pondok Modern Gontor 3 DARUL MA’RIFAT”. Hadir dalam penyerahan wakaf dan sekaligus peresmian pondok tersebut, Menteri Agama RI ketika itu, H. Tarmidzi Taher, KH. Drs. Kafrawi Ridwan yang mewakili pihak wakif dan Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasy, MA mewakili Pondok Modern Gontor sebagai penerima wakaf, dengan disaksikan tokoh-tokoh masyarakat Kediri, para pejabat pemerintah daerah, masyarakat serta keluarga besar wakif dan Pondok Modern Gontor 3 Darul Ma’rifat.

Rabu, 05 Mei 2010

Balai Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor Pondok Modern Darussalam Gontor



Balai Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor adalah sebuah lembaga pendidikan Islam, tempat mendidik pemuda-pemuda dan tempat pemuda belajar ilmu pengetahuan, agama dan umum. Lembaga pendidikan ini diselenggarakan oleh pendiri dan pengasuh-pengasuhnya, bebas dari pengaruh segala aliran-aliran politik ataupun faham golongan-golongan.
BERJIWA PONDOK, BERSISTEM MODERN

Lembaga pendidikan ini berbentuk pondok dengan suatu kompleks tempat-tempat kediaman para siswa dan pengasuh-pengasuhnya, tempat belajar dan beribadah, tempat-tempat berekreasi, berolah raga dan sebagainya, beserta segala fasilitas perlengkapannya.

Pendidikan di pondok modern mengutamakan pembinaan akhlaq, pembentukan mental/karakter (character-building). Pelajarannya diselenggarakan menurut sistem sekolah yang modern, dengan menggunakan metodik dan didaktik modern, serta senantiasa memperhatikan perkembangan dalam sistem pendidikan dan pengajarannya.

Itulah sebabnya masyarakat menamakan lembaga ini pondok modern; yang modern bukanlah tentang ideologi atau fahamnya dalam soal-soal keagamaan, melainkan mengenai sistem pendidikan dan pengajaran yang digunakan.
Nama Pondok Modern adalah nama pemberian dari masyarakat. Adapun nama asli yang diberikan oleh pendirinya sendiri, didirikan pada tahun 1926, ialah “Darussalam”, Kampung Damai.
Pondok Modern terletak di Desa Gontor, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur Indonesia. Desa ini terletak jauh dari kota ramai, yaitu lebih kurang 10 kilometer arah selatan dari kota Ponorogo, atau 40 kilometer dari kota Madiun (Jawa Timur).
Pondok modern merupakan suatu lingkungan pendidikan yang diliputi suasan tentram dan damai, sesuai dengan namanya “Darussalam” artinya “Kampung Damai”. Akan tetapi kedamaiannya bukanlah semata-mata disebabkan oleh letaknya yang jauh dari pengaruh keramaian kehidupan kota, melainkan juga oleh karena dinamika kehidupan di dalamnya yang diliputi oleh suasana ukhuwwah, gotong royong, semangat berkorban, dan penuh keikhlasan.
Pemuda-pemuda dari berbagai daerah dan suku bangsa indonesia juga dari berbagai golongan, hidup rukun dan damai. Di Pondok Modern persatuan nasional “Bhinneka Tunggal Ika” benar-benar dipraktekkan sejak dahulu.
RIWAYAT PONDOK MODERN: PATAH TUMBUH HILANG BERGANTI

Pada akhir abad yang lalu, sebenarnya di desa Gontor telah ada sebuah pondok atau pesantren yang agak besar. Tetapi di dalam suasana penjajahan, pondok tersebut mengalami kemunduran dan semakin lama semakin jauh dari kehidupan masyarakat, seperti halnya pondok-pondok yang lain pada masa itu. Akhlaq ummat menjadi rusak pula, karena terlepas dari ajaran-ajaran agama.

Dengan rahmat Allah SWT timbullah kesadaran di antara keturunan kyai pondok tersebut terhadap kemunduran pendidikan dan pengajaran islam serta kerusakan akhlaq masyarakat yang sangat menyedihkan itu. Timbul niat di dalam hati beliau hendak membangun kembali pondok yang hidup segan matipun tak mau itu. Maka diselidikilah sebab-sebab kemunduran itu, dan ditempuhlah jalan baru ke arah kemajuan pendidikan dan pengajaran agama islam.

Dengan kebulatan tekad, mulailah beliau menceburkan diri ke dalam pendidikan dan pengajaran agama islam dengan mendirikan dan membangun kembali pondok gontor pada tahun 12 Rabi’ul Awwal 1344 H/1926 m.
DARI DORONGAN RASA CINTA DAN TANGGUNG JAWAB


Dengan tekun, pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, tiga bersaudara: Ahmad Sahal, Zainuddin Fanani, dan Imam Zarkasyi,bermujahadah membangun pendidikan dan pengajaran islam dengan cara baru/modern,dengan landasan:

* rasa cinta kepada agama, nusa dan bangsa.
* rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan dan kelanjutan usaha bapak-bapak dan ulama-ulama kita yang terdahulu dalam menyiarkan ajaran dan kebudayaan islam.
* rasa berkewajiban menunaikan tugas suci menegakkan kalimat ilahi dengan semata-mata karena mengharapkan keridhaan-Nya.
* kesadaran terhadap hajat ummat islam kepada pemimpin-pemimpin dan ulama-ulama yang cakap dan jujur.
* untuk kebahagiaan/kesejahteraan ummat manusia.

Hal-hal itulah yang mendorong Pendiri Pondok Modern untuk membangun kembali Pondok Gontor tadi. Hal-hal itu pulalah yang telah membangkitkan semangat berjuang, dan keikhlasan hati dalam segala gerak-usaha beliau di bidang pendidikan dan pengajaran ini.

Kesemuanya itu untuk keselamatan dan kesejahteraan ummat islam khususnya, dan kebahagiaan umat manusia pada umumnya.

Republika dan Telkom Gelar “Santri Indigo” di Gontor


Republika dan Telkom Gelar “Santri Indigo” di Gontor

GONTOR—Kali ini, Pondok Modern Darussalam Gontor mendapatkan kehormatan dari Harian Umum Republika dan PT Telkom Indonesia untuk menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan acara “Santri Indigo”. Pelatihan internet pesantren dengan tema “Wahana Syiar Digital” ini merupakan kerjasama antara Telkom, Republika dan Pesantren. Dalam rangka pembangunan bangsa melalui pesantren, agar para santri memahami teknologi digital, sehingga dapat berperan bagi kemajuan bangsa. Kegiatan yang berlangsung selama dua hari berturut-turut ini, Selasa-Rabu, 23-24 Maret 2010 lalu, merupakan tahap II angkatan keempat, yang sebelumnya telah dilaksanakan di berbagai pondok pesantren sejak Oktober 2009 silam.

Kegiatan yang bertempat di Pondok Modern Gontor 2, Madusari, Siman, Ponorogo, tersebut dilaksanakan dalam bentuk workshop dengan jumlah peserta sebanyak 100 orang. Menurut Mohammad Hatta Fahamsyah, Sekretaris Pelaksana, para peserta tersebut terdiri dari utusan sejumlah pondok pesantren yang berdekatan dengan tempat dilaksanakannya kegiatan ini. Setiap peserta yang diutus baik dari santri maupun ustadz disyaratkan mampu mengoperasikan perangkat komputer dan diharapkan bisa menularkan ilmu yang diperolehnya kepada rekan-rekannya dan pesantrennya.

Hatta mengungkapkan, secara rinci, para peserta yang mengikuti acara ini berasal dari 34 lembaga pendidikan atau pesantren. Sebagian besar terdiri dari Pondok Pesantren (PP) di daerah Ponorogo, yaitu PP. Darul Huda, PP. Al-Mawaddah 3, PP. Walisongo, PP. Al-Iman, PP. Muqoddasah, PP. Al-Islam, PP. Sulamul Huda, PP. Al-Mawaddah, PP. Babussalam, PP. Hudatul Muna, PP. Nahrul Ulum, PP. Nurul Qur’an, PP. Nurul Hikmah, PP. Darul A’dom, PP. Thoriqul Huda, PP. Al-Hasan, PP. Darul Fikri, PP. Darul Falah, PP. Darul Istiqomah, PP. Al-Falah, PP. Chasanul Hidayah, PP. Mambaul Huda, Pondok Modern (PM) Darussalam Gontor 1, PM. Darussalam Gontor 2, PM. Gontor 3 Darul Ma’rifat, PM. Gontor 5 Darul Muttaqin, PM. Gontor 6 Darul Qiyam, PM. Darussalam Gontor Putri 1, PM. Darussalam Gontor Putri 3, PM. Darussalam Gontor Putri 5 dan Pusat Latihan Manajemen dan Pengembangan Masyarakat (PLMPM).

Selama dua hari, dari pagi hingga sore, setiap peserta duduk di depan laptop yang telah disediakan panitia sambil menyimak materi yang disampaikan setiap tutor. Pada hari pertama, para peserta diberikan motivasi dan teori tentang beberapa bidang ilmu digital yang diperlukan oleh mereka. Pada hari kedua, mereka diminta langsung melakukan praktek dengan komputer yang ada sesuai dengan materi yang sudah mereka dapatkan sehari sebelumnya. Mereka diminta membuat digital library, blog, membuat networking dan lain-lain.

Acara dibuka secara resmi oleh KH. Hasan Abdullah Sahal, Selasa (23/3) pagi. Dalam sambutannya, beliau mengatakan, pesantren tidak menolak teknologi akan tetapi pesantren haruslah memanfaatkannya dan mengawal teknologi agar berada di jalur yang benar. Sebelumnya, Pemimpin Redaksi (Pemred) Republika, Ikhwanul Kiram, juga memberikan sambutannya. Ia meyakini bahwa Gontor mampu menggunakan teknologi untuk kepentingan dakwah.

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan pemberian materi mengenai internet connection dan surfing dari Telkom Ponorogo.Setelah break dan shalat Dzuhur berjamaah, Purwoko, salah satu tutor pelatihan, menyampaikan materi “Etika dalam Blogger” dan setelah shalat Ashar, peserta diperkaya dengan materi “Teknik Menulis” dari Asep Nurzaman, Kepala Biro Republika Jawa Timur.

Adapun materi “Teori Blog” disampaikan Tim Republika sehari kemudian. Untuk materi yang satu ini, para peserta dipandu untuk memanfaatkan media blog yang berisi hal-hal bernuansa keislaman. Setelah itu, setiap peserta dibuat kagum oleh penampilan Ramaditya Adikara yang sangat inspiratif. Jurnalis dan Komposer tunanetra ini mengajarkan kepada setiap peserta bagaimana hidup dengan kekurangan yang ada namun memiliki kelebihan luar biasa. Ia memacu semangat peserta untuk berprestasi melalui dunia digital. Walaupun tidak bisa melihat, tapi ia mampu melakukan prestasi lebih daripada orang-orang yang dikarunia kesempurnaan fisik.

Sehabis Dzuhur, Indra Utoyo, Direktur IT dan Suplay PT Telkom, menyampaikan wacana “Internet sebagai Wahana Syiar Digital”. Katanya, sudah saatnya internet digunakan sebagai sarana untuk melakukan dakwah islamiyah. Hal-hal negatif yang ditimbulkan internet hendaknya diimbangi dengan nilai-nilai keislaman yang sarat dengan hal-hal positif. Di akhir acara, panitia memberikan hadiah berupa lima buah paket berisi HP kepada lima peserta dengan blog terbaik yang dibuat selama acara berlangsung.